Dekonstruksi Budaya pada Gelar Indo’ dalam Masyarakat Adat di Mamasa

Debora Tiku Ampulembang, Tony Tampake

Abstract


Mamasa is the district of the province of West Sulawesi which has a custom which it was accepted and implemented by the local society. To oversee the implementation of adat by the local society, fifteen traditional leaders were elected in each region. Some of them were given the title Indo' (Mother) even though they were male. The title Indo' given to traditional leaders is intended so that they become leaders who protect, guard, and ensure peace, tranquility, and the welfare of their society. The pattern of leadership of the traditional leader with the title Indo' describes Mamasa's egalitarian and humanist culture, but this culture later changed into the patriarchal, superior and exclusive culture by  Zendeling Christelijke Gereformeerde Kerk (ZCGK) came to Mamasa as a religious movement. This paper aims to examine the social and cultural impacts arising from deconstruction which makes the values of local wisdom in Mamasa experience changed it. Previously, Mamasa's local wisdom contained egalitarian and humanist values, then with the entry of zending into Mamasa, it shifted into the patriarchal, individualist, and authoritarian culture. In order to be able to conduct research, the method of data collection was carried out by the authors through interviews and document review. One of the results found in the research is that there is a gender bias towards Christian women who are not entrusted with holding ecclesiastical positions in the Toraja Mamasa Church (GTM) either as Pastors, Elders, or as Deacons so that they cannot  participated in ecclesiastical trials at GTM.

Mamasa merupakan sebuah kabupaten di propinsi Sulawesi Barat yang memiliki adat di mana adat itu diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Untuk mengawasi pelaksanaan adat oleh masyarakat adat, dipilihlah 15 orang ketua adat di masing- masing daerah. Sebagian dari mereka diberi gelar Indo’ (Ibu) kendatipun mereka berjenis kelamin laki- laki. Gelar Indo’ yang diberikan kepada ketua adat dimaksudkan agar mereka menjadi pemimpin yang mengayomi, melindungi dan berusaha menjamin kedamaian, ketentraman dan kesejahteraan masyarakatnya. Pola kepemimpinan ketua adat yang bergelar Indo’ ini mendeskripsikan budaya Mamasa yang egaliter dan  humanis, namun budaya itu kemudian berubah menjadi budaya patriakhal, superrior, dan eksklusif oleh kedatangan Zendeling Christelijke Gereformeerde Kerk (ZCGK) ke Mamasa sebagai gerakan keagamaan. Tulisan ini bertujuan untuk meneliti dampak sosial dan budaya yang ditimbulkan dari dekonstruksi yang membuat nilai- nilai kearifan budaya di Mamasa mengalami perubahan. Sebelumnya, kearifan lokal Mamasa mengandung nilai yang egaliter dan humanis kemudian dengan masuknya zending ke Mamasa maka berubah menjadi budaya yang patriarki, individualis, dan otoriter. Untuk dapat melakukan penelitian, maka metode pengumpulan data dilakukan oleh penulis melalui wawancara dan telaah dokumen. Salah satu hasil yang ditemukan dalam penelitian adalah adanya bias gender kepada perempuan Kristen yang tidak diberi kepercayaan untuk memegang jabatan gerejawi di Gereja Toraja Mamasa (GTM) baik itu sebagai Pendeta, Penatua, maupun sebagai Diaken sehingga tidak dapat diutus menjadi peserta dalam persidangan gerejawi di GTM.


Keywords


dekonstruksi, Indo’, kearifan lokal Mamasa, ketua adat, masyarakat adat

Full Text:

PDF

References


Anakotta, Elka. “Dekonstruksi Budaya Patriakhal pada Film Perempuan Berkalung Sorban.” KIBASP (Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran), Nomor 2, Volume 3 (Juni 2020).

Aragon, Lorraine V. Fields of the Lord: Animism, Christian Minorities and State Development in Indonesia. Honolulu: University of Hawaii Press, 2000.

Bourdieu, Pierre. Distinction; A Social Critique of the Judgement of Taste. Cambridge, Massachusetts: Harvard University Press, 1984.

Buijs, Kees. Powers of Blessings From the Wilderness And From Heaven; Structure and transformations in the religion of the Toraja in the Mamasa area of South Sulawesi. Leiden: KITLV Press, 2006.

Engel, Jacob Daan. Pendampingan Keindonesiaan: Sebuah Upaya Memanusiakan Manusia dalam Konteks Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2020.

Furshet Inger, Repstad Pal. An Introduction to the Sociology of Religion; Calssical and Contemporary Perspectives. 2006 ed. England and USA: Ashgate Publishing Limited Gower House Croft Road Aldershot Hants GU11 3HR England, 2006.

Habermas, Jürgen. The legitimation crisis of late capitalism translated by Thomas McCarthy, 1973.

Haryanto, Sindung. Sosiologi Agama dari Klasik Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.

Klis, W.A. van der. Datanglah Kerajaan-Mu: Lima Puluh Tahun Pekabaran Injil di Toraja Barat (1913-1963). Rantepao: Penerbit Sulo, 2007.

Mamasa, Gereja Toraja. “Himpunan Keputusan Sidang Sinode Am XVII Gereja Toraja Mamasa Tahun 2011. Le’beng, Klasis Pesisir Mamuju tanggal 20 – 26 Juli 2011,” 2011.

Mandadung, Arianus, dan Amirullah. Sopan Santun dan Budaya Dasar di Kabupaten Mamasa Sulawesi Barat. Surabaya: Global Aksara Pers, 2022.

Mandadung, Arianus, dan Pemerintah Kabupaten Mamasa. Keunikan Budaya Pitu Ulunna Salu Kondosapata Mamasa. Pertama. Mamasa: Pemerintah Kabupaten Mamasa, 2005.

Manggeng, Marthen. “Upaya Menggereja dalam Konteks : Refleksi Historis-Teologis 60 Tahun GTM.” Dalam Ebenhaezer: Peringatan 60 Tahun Gereja Toraja Mamasa. Mamasa: Badan Penelitian dan Pengembangan GTM, 2007.

Martono, Nanang. Sosiologi Perubahan Sosial. Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Postkolonial. Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2016.

Stepanus, Izak Lattu, dan Tony Tampake. “Ritual Merenden Tedong sebagai Penyelesaian Konflik Masyarakat Mamasa,” 2020.

Stocker, Barry. Routledge Philosophy GuideBook to Derrida on Deconstruction. London and New York: Routledge, Taylor and Francis Group, 2006.

Sztompka, Piotr. Sosiologi Perubahan Sosial. Diterjemahkan oleh Alimandan. 8 ed. Jakarta: Prenadamedia Group, 2017.

Tampake, Tony. “Unsur dan Aspek Kebudayaan Lokal.” Dipresentasikan pada Kuliah Sosiologi Kebudayaan DSA, Universitas Kristen Satya Wacana, 2023.

Weber Max. The Sosiology of Religion Diterjemahkan oleh Ephraim Fischoff. Boston, 1992.

Wawancara dengan Pdt. Demmamusu pada 14 September 2022 pukul 12: 06 WIB

Wawancara dengan Bpk. Arianus Mandadung pada 27 November 2022 pukul 15.58 WIB.

Wawancara dengan Pdt. Ester Sumandak, Sm.Th pada 7 Agustus 2023 pukul 20.21 WITA.




DOI: https://doi.org/10.53827/lz.v6i2.121

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


LOGON ZOES telah terindeks pada:

      

 

Web Analytics Made Easy - Statcounter

View My Stats