Komunitas Kristiani sebagai Duta Kasih Allah di tengah Kebhinekaan Bangsa Indonesia
Abstract
The focus of this research study describes the role of Christians in strengthening the spirit of diversity in the Indonesian nation. Currently, Indonesia is not only facing the Covid-19 pandemic but also a national identity crisis. In various places, there are rampant intolerance, radicalism, and acts of extremism-terrorism that threaten the integrity of the nation. In this situation, Christians are called to show their identity by becoming ambassadors for God's love. By becoming ambassadors of God's love, Christians prove that love is greater than enmity. Christians can start by living together in a community. In the community, Christians are trained to be more sensitive to the sufferings of the world and not run out of power. This research study uses a phenomenological approach that starts from the calling of Christians to live in a spirit of love. Because in the way of living together all differences are put together. Thus, the Christian community becomes a good platform for channeling love to others regardless of ethnicity, race, and religion. Therefore, the Christian community is a means of realizing togetherness in a spirit of diversity.
Abstrak
Fokus studi penelitian ini menguraikan peran orang Kristiani dalam memperkuat semangat kebinekaan Bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia tidak hanya menghadapi pan-demi covid-19 tetapi juga krisis identitas kebangsaan. Di berbagai tempat marak terjadi intoleransi, radikalisme dan tindakan ekstremisme-terorisme yang mengancam keutuhan bangsa. Berhadapan dengan situasi ini orang Kristiani dipanggil untuk menunjukkan iden-titasnya dengan menjadi duta kasih Allah. Dengan menjadi duta kasih Allah orang Kristiani membuktikan bahwa, kasih lebih besar dari permusuhan. Orang Kristiani dapat memulai-nya dengan hidup bersama dalam komunitas. Dalam komunitas, orang Kristiani dilatih untuk lebih peka mendengar penderitaan dunia dan tidak kehabisan daya. Studi penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang bertitik tolak dari panggilan orang Kris-tiani untuk hidup dalam semangat kasih. Sebab dalam cara hidup bersama segala per-bedaan disatukan. Dengan demikian komunitas Kristiani menjadi wadah yang baik untuk menyalurkan kasih kepada sesama tanpa memandang suku, ras dan agama. Karena itu, komunitas Kristiani adalah sarana untuk mewujudkan kebersamaan dalam semangat kebinekaan.
Full Text:
PDFReferences
Alka, D. K. (2018). Abdul Rasyid Wahab Pesan Kebinekaan dari Tanah Sikka, Maumere. Maarif, 13(2), 87–93. https://doi.org/10.47651/mrf.v13i2.24
Anwar, C. (2018). Islam Dan Kebhinekaan di Indonesia: Peran Agama Dalam Merawat Perbedaan. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 4(2), 1. https://doi.org/10.31332/zjpi.v4i2.1074
Aritonang, A. (2019). Peran Sosiologis Gereja Dalam Relasi Kehidupan Antar Umat Beragama Indonesia. TE DEUM (Jurnal Teologi Dan Pengembangan Pelayanan), 9(1), 69–102. https://doi.org/10.51828/td.v9i1.9
Budhi, C. (2018). Frater Projo Belajar Merawat Kebhinnekaan. Hidup Katolik. https://www.hidupkatolik.com/2018/07/17/23587/frater-projo-belajar-merawat-kebhinnekaan.php
Cahyadi, T. K. (2016). Kemurahan Hati: Wajah Allah- Kesaksian Gereja. Kanisius.
Dja’far, A. B. (2019). Prosiding Seminar Nasional, Harmonisasi Keberagaman dan Kebangsaan bagi Generasi Milenial, Lembaga Kajian Keagamaan. Nilai-Nilai Humanisme Dalam Menjaga Harmonisasi Keragaman Masyarakat, 14, 62–67.
Fios, F. (2011). Kiprah Agama Dalam Melawan Terorisme. Humaniora, 2(2), 1329–1338.
Fransiskus, P. (2013). Evangelii Gaudium. In Evangelii Gaudium (Seri Dokum, Vol. 94). Depertemen Dokumentasi Dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. https://doi.org/10.1111/irom.12246
Fransiskus, P. (2020). Ensiklik Fratelli Tutti. In KWI (Ed.), Seri Dokumen Gereja. Depertemen DokumentasiI Dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
Hadisumarta, F. X. (2017). Kerahiman Allah Menurut Maria. In E. R. L. Tinambunan (Ed.), Kerahiman Allah. Karmelindo.
Hanafi, H. (2018). Hakekat Nilai Persatuan Dalam Konteks Indonesia (Sebuah Tinjauan Kontekstual Positif Sila Ketiga Pancasila). Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, 3(1), 56–63. https://doi.org/10.17977/um019v3i12018p056
Hartoyo, A. (2010). Menggugah Kesadaran Nasional Mempengaruhi Kebhinekaan Indonesia. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora, 01, 132–147.
Husserl, E. (1982). Ideas Pertaining to a Pure Phenomenology and to a Phenomenologycal Philosophy (F. Kersten (ed.); First Book). Nijhoff.
Kasper, W. (2016). Belas Kasih Allah: Dasar Kitab Suci dan Kunci Hidup Kristiani (Karmelindo (ed.)).
Khamdan, M. (2015). Rethinking Deradikalisasi: Konstruksi Bina Damai Penanganan Terorisme. Addin, 9(1), 181–204.
Munthe, A. G. (2007). Teorisme: Gejala Kriminal Media Mutakhir. Jurnal Hukum Pro Justisia, 25(1), 1–8.
Nouwen, H. J. M. (1995). Kembalinya Si Anak Yang Hilang; Membangun Sikap kebapaan dan Keputraan. Kanisius.
Nouwen, H. J. M. (1998). Keheningan Sebagai Pusat Hidup Komunitas Yang Menyuburkan dalam Komunitas Alternatif (I. Suharyo (ed.)). Kanisius.
Nouwen, H. J. M. (2008). The Selfless Way of Christ (R. Isharianto (ed.)). Dioma.
Nouwen, H. J. M., Mcneill, D. P., & Morrison, D. A. (1987). Sehati Seperasaan (W. S. G. Pau (ed.)). Kanisius.
Nurcahyono, O. H. (2018). Pendidikan Multikultural Di Indonesia: Analisis Sinkronis Dan Diakronis. Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi, & Antropologi, 2(1), 105. https://doi.org/10.20961/habitus.v2i1.20404
Paus Fransiskus. (2015). Misericordiae Vultus Wajah kerahiman Allah. In Bulla Pemberitahuan Yubileum Luar Biasa Kerahiman Paus Fransiskus 11 April 2015 (99th ed.). Depertemen Dokumentasi Dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
Paus Yohanes Paulus II. (1980). Dives In Misericordia Kaya dalam Kerahiman. In F.X. Adisusanto SJ & B. H. T. Prasasti (Eds.), Ensiklik (99th ed.). Depertemen Dokumentasi Dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
Prayogi, I., & Adela, F. P. (2019). Populisme Islam dan Imajinasi Politik dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 11(2), 31–43. https://doi.org/10.32734/politeia.v11i2.1083
Riyanto, A. (2013). Menjadi Mencintai: Berfilsafat Sehari-Hari. Kanisius.
Riyanto, A. (2015). Kearifan Lokal-Pancasila Butir-butir Filsafat “Keindonesiaan.” In A. Riyanto, J. Ohoitimur, C. B. Mulyatno, & O. G. Madung (Eds.), Kearifan Lokal-Pancasila Butir-Butir Filsafat Keindonesian. Kanisius.
Ryiandi, D., & Ridwan, M. (2021). Bom Bunuh Diri di Makassar , Ekstremisme Tetap Subur Meski Pandemi. Jawa Pos. https://www.jawapos.com/nasional/28/03/2021/bom-bunuh-diri-di-makassar-ekstremisme-tetap-subur-meski-pandemi/
Suryarandika, R. (2021). Menebak Motif Di Balik Bom Bunuh Diri Makassar. Harian Aceh Indonesia. Menebak Motif Di Balik Bom Bunuh Diri Makassar (harianaceh.co.id)
Triguna, I. B. . Y. (2019). Kebhinekaan Bangsa Indonesia: Urgensi Dan Relevansinya Dalam Era Revolusi Industri 4.0. Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama Dan Kebudayaan, 10(2), 46–52. https://doi.org/10.32795/ds.v19i2.426
Vanier, J. (1998). Komunitas: Tempat Orang Saling Mengikatkan Diri, Memberi Perhatian, Dan Mendukung Dalam Perutusan. In I. Suharyo (Ed.), Komunitas Alternatif: Hidup Bersama Menerbarkan Kasih. Kanisius.
Wattimena, D. E., & Kalalo. (2020). Membangun Makna Teologis Gotong Royong dalam Memperkuat Kebhinekaan. Epigraphe:Jurnal Teologi Dan Pelayanan Kristiani, 6(1), 1–15.
Yaniawati, P. (2020). Penelitian Studi Kepustakaan. Penelitian Kepustakaan (Liberary Research), April, 15.
DOI: https://doi.org/10.53827/lz.v4i2.28
Refbacks
LOGON ZOES telah terindeks pada: